GA “WONDERFUL WIFE” By Ida Nur Laila : Suami, Nomor dua saja!

Sebenarnya sejak awal saya ingin meramaikan GA nya Mak Ida Nur Laila, tetapi saya masih menggalau, (*halah) karena tema. Iya, tema GA Mak Ida memang diluar kebiasaan saya menulis. Di blog ini saya biasa menulis tema-tema lingkungan, kesehatan, dan kisah-kisah ringan saja. Nah, GA kali ini temanya berat buat saya buooo! Tapi ternyata setelah dipikir-pikir, saya coba deh, ikutan. Hitung-hitung menjawab tantangan, menulis diluar kebiasaan.

—————-

Foto345

WONDERFUL WIFE, ini tema GA nya. Aduh, siapa sih yang enggak mau dibilang wonderul? Sepertinya itu gelar terhormat dan emejing banget ya. Kalau mengintip di kamus oxford online, wonderul bisa berarti : Inspiring delight, pleasure, or admiration; extremely good; marvellous. Nah tuh, keren banget kan? Kalau melihat betapa emejingnya predikat itu, pasti, dong, effort untuk meraihnya juga tidak bisa dibilang mudah (meski untuk ini saya juga tidak boleh bilang ini sulit) *astaga belibet amat sih mak?

Saya hanya akan fokus pada tiga hal *mabok entar kalau kebanyakan, maksudnya sih agar tidak terlalu bertele-tele. Dan tidakmembuat yang membaca harus mengkerutkan kening *kasihan mak, antiaging yang bagus mahal lo!

Lagi pula kalau kebanyakan khawatir menjadi “melip”. Apaan sih melip? Melip tu bahasa jawa, artinya terlalu jauh atau tinggi. Nah, langsung saja alias to the point!

1. I love You just the way you are?
Orang yang sedang jatuh cinta nih, biasa bilang begini. Namun di sini saya beri kata tanya. Benar enggak sih, kita bisa mencintai apa adanya? Lha trus kalau kemudian menjadikan kita orang yang tidak menjadi makin baik, bagaimana coba?
Saya cukup setuju dengan pendapatnya Pak Mario Teguh. Meski enggak bisa dibilang totally agree, sih. Begini katanya:

Pernikahan adalah rumah tumbuh.
Jangan menikahi orang yang tidak bisa direnovasi.

Apakah masalah hati dalam hubungan Anda berkisar pada kesulitannya menghilangkan kebiasaan buruknya?

Jika ya, lebih berhati-hatilah.

Karena, jika dia mencintai Anda, dia akan meninggalkan kebiasaan buruknya.

Kata-kata Pak Mario ini, mak jleb banget di hati saya. Enggak mau dong, saya dikatakan “tidak bisa direnovasi”. Sebagai manusia, wajar memang kita punya “sesuatu” yang buruk. Misalnya kebiasaan sehari-hari yg kurang baik. Mungkin itu sepele, namun jangan-jangan kurang berkenan di hati suami. Saya rasa enggak rugi kok, kalau kita memperbaikinya.

Juga membiasakan selalu meng-upgrade diri. Dari berbagai sisi. Ini enggak gampang buat saya, tetapi selalu saya upayakan. Coba bayangin, ada istri enggak bisa masak sama sekali. Awal nikah sih, mungkin masih oke. Secara semua masih indah gitu! Bagaimana kalau udah punya anak, masa iya bertahun-tahun mengandalkan katering atau makan di luar. Masa iya sih, belajar masak air doang enggak mau? He..he…*ilustrasi yang maksa

2. Suami nomor dua saja!
Nah, lo! Kenapa nih judulnya kok rada aneh?
Lha iya tho, siapa coba yang menciptakan cinta di antara suami dan istri? Siapa juga yang memunculkan sakinah dalam biduk rumah tangga? Enggak usah dijawab, jawabannya di hati masing-masing saja. Masa dengan begitu masih mau ngeyel bilang “kamu nomor satu”?

Suami mah nomor dua saja, nomor tiga dan selanjutnya, baru yang lainnya. Masalah prioritas ini, terkadang kelihatan sepele. Namun sebetulnya sangat penting. Kalau dalam Islam tuntunanyanya jelas. Setelah menikah, tanggung jawab si perempuan ada di suami. Faktanya masih banyak, lo, orangtua yang mengintervensi rumah tangga anak. Dalam pandangan umum, itu wujud kasih sayang. Namun dalam banyak kasus yang saya lihat sendiri, yang ada malah bikin keadaan makin runyam.

Saya sendiri harus sering mengingatkan diri sendiri tentang prioritas ini. tidak gampang, tapi saya berupaya untuk selalu proporsional menampatkan.Dimana posisi suami, dimana posisi orang tua, keluarga, dan lainnya.

3. Bersahabat dengan suami
“Bukan kurangnya cinta yang membuat sebuah kebersamaan tidak bahagia, tetapi kurangnya persahabatan”

Itu juga kata Pak Mario yang tidak bisa tidak harus saya benarkan. Iya, dong! Gimana sih rasanya hidup bersama, bertahun-tahun (semoga hingga maut memisahkan) tanpa bersahabat dengannya? Yang ada kering kerontang, bo!

Mungkin pernikahan memang dipenuhi dengan aturan, tanggung jawab dan semacamnya. Itu benar. Apalagi bagi yang muslim, pernikahan itu setengah dien. Ini yang ada akan bikin stres, kalau yang kita kedepannya hanya, harus begini-harus begitu. Enggak boleh begini-enggak boleh begitu, bla…bla…

Bersahabat dengannya, membuat saya nyaman. Perasaan setara (meski dia tetap pemimpin), bisa berbagi, saling mengisi, saling memaafkan, saling iseng, usil, ngerjain. Ha…ha… itu yang bikin hidup lebih hidup *hadeh kok kaya iklan?

Nah, terakhir.
Karena Mak Ida, yang punya gawe meminta kripik, eh kritik dan masukan buat blog beliau, baiklan saya coba.
Wah, ternyata susah mau kasih masukan. Blognya udah bagus mak Ida ini. Mungkin hal kecil aja sih, seandainya pengaturan tulisan bisa lebih rapi lagi, dan tidak terlalu banyak warna beda dalam satu tulisan. Juga penggunaan gambar ilustrasi bisa dicari yang lebih nyambung, sehingga klik dengan naskah. Itu saja.Mohon maak jika kurang berkenan.

ARTIKEL INI DISERTAKAN DALAM GA “WONDERFUL WIFE” By Ida Nur Laila

4 respons untuk ‘GA “WONDERFUL WIFE” By Ida Nur Laila : Suami, Nomor dua saja!

  1. Euisry Noor berkata:

    Biar kata temanya berat, buktinya Mak bisa menuliskannya dengan bahasa yang renyah *bukan garing :D. Makin dpt banyak inspirasi nih. Ngingetin saya belum ikutan nulis ini juga :p. Semoga kita bisa menjadi wonderful wife itu ya… Salam 🙂

    Suka

  2. wyuliandari berkata:

    Ha..ha…, bisa aja Mak ini. “Berat” nya itu juga lebih ke bagaimana saya mempertanggungjawabkan contentnya maak. pan kagakmain-main ye temanya Bise aje dah mak Ida nih, bikin GAnya.Thanks udah singgah maaaak:)

    Suka

Tinggalkan komentar