World Environment Day 2014; Sekali Lagi Tentang Perubahan Iklim

Hari, masih sangat pagi, belum ada pukul tujuh. Saya tiba di kantor dan langsung menyalakan notebook, toh waktu apel pagi masih beberapa menit lagi. Sambil menunggu apel, buka netbook dan tertegun ketika melihat kalender di layar netty.

Gambar: UNEP

Gambar: UNEP


What? Tanggal 5 Juni. Ternyata saya terlalu tegang beberapa hari ini, sehingga lupa tanggal. Hari ini, 5 Juni, diperingati secara internasional sebagai World Enironment Day (WED). Dan seperti biasanya, saya ingin memanfaatkan momen setiap hari-hari yang berhubungan dengan lingkungan untuk turut berkampanye.

Meski saya sangat sadar dan sangat tidak ingin terjebak euforia sebuah perayaan. Namun memanfaatkan sebuah momen untuk share sesuatu yang positif saya pikir tak ada salahnya, ya? Apalagi ini terkait nasib kita dan anak cucu kita. Ini tentang keberlanjutan bumi dan isinya.

Peringatan WED tahun ini bertema: Raise Your Voice Not The Sea Level, yang dalam versi KemenLH menjadi : “Satukan Langkah Lindungi Ekosistem Pesisir Dari Dampak Perubahan Iklim” .
Tema ini menjadi sangat menarik bagi saya, karena selain memang tema perubahan iklim sangat berkaitan langsung dengan keberlanjutan hidup kita, beberapa tahun lalu saya pernah melakukan kegiatan edukasi di beberapa tempat, terkait isu perubahan iklim ini.

Kembali ke tema WED 2014 di Indonesia : “Satukan Langkah Lindungi Ekosistem Pesisir Dari Dampak Perubahan Iklim” . Ada apa dengan ekosistem pesisir? Apa hubungan dengan perubahan iklim? Mari kita kupas pelan-pelan ya…

Bagaimana Perubahan Iklim Terjadi?
Cerita perubahan iklim dimulai dengan sesuatu bernama pemanasan global. Bagaimana proses terjadinya pemanasan global?
Jadi begini, saat sinar matahari menyinari bumi, sebagian akan dipantulkan kembali. Nah, terakumulasinya gas-gas seperti karbondioksida, gas metan, dll yang dikelompokkan sebagai gas rumah kaca, mengakibatkan terhambatnya proses memantulkan ini.

Akibatnya, terjadi akumulasi panas di atmosfer bumi. Fenomena inilah yang kita sebut pemanasan global (global warming). Nah, perihal fenomena pemanasan global ini pernah saya tulis di blog ini beberapa tahun lalu.

Meningkatnya suhu permukaan bumi ini juga menimbulkan perubahan pada beberapa unsur iklim, seperti : meningkatnya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, perubahan pola hujan dan tekanan udara. Akhirnya terjadilah perubahan pola iklim dunia, yang dikenal sebagai perubahan iklim (climate change).

Ada Apa Dengan Ekosistem Pesisir?
Indonesia sebagai negara kepulauan, sangat rentan terhadap perubahan iklim. Dan, wilayah pesisir disebut-sebut sebagai wilayah yang paling rentan. Mengapa?

Perbahan iklim demikian memberi pengaruh terhadap wilayah pesisir terutama kerena kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut diakibatkan mencairnya es di kutub yang terjadi akibat peningkatan suhu.

Akibatnya, terjadi penggenangan wilayah pesisir, kerusakan infrastruktur dan ancaman mata pencaharian di bidang pertanian, pariwisata, infrastruktur, dan sektor-sektor lainnya.
Salah satu contoh, saya dapatkan dari Kajian kerentanan wilayah pesisir terhadap perubahan iklim di pesisir Cirebon. Kajian ini mengindikasikan akan terjadi erosi di daerah yang lebih luas. Ketinggian genangan akan menambah kecepatan dan energi pada air.

Erosi yang terjadi akan memicu perubahan garis pantai ke arah darat dan ancaman berikutnya adalah intrusi air laut.
Jika tidak segera dilakukan perlindungan terhadap garis pantai beserta fungsi alamiahnya, dapat terjadi kerugian ekonomis yang diperkirakan mencapai 1,295,071,755,150 rupiah/ ha/tahun, sebagai akibat hilang berbagai jenis lahan produktif.

Adaptasi dan Mitigasi
Dalam upaya penanggulangan perubahan iklim,dikenal dua istilah yaitu mitigasi dan adaptasi. Mitigasi lebih pada proses mengurangi atau mencegah memburuknya perubahan iklim. Caranya dengan pengurangan emisi gas rumah kaca.

Mitigasi saja tidak cukup! Faktanya, perubahan iklim telah terjadi dan masih terjadi.perlu strategi-strategi khusus agar dapat mencegah meluasnya atau makin parahnya dampak yang ditimbulkannya.

Lalu bagaimana kita berkontribusi dalam menjalankan strategi mitigasi. Sederhana saja sebenarnya. Tinggal mencermati saja darimana gas rumah kaca berasal. Lalu kita berupaya mengatur ulang aktifitas kita yg bersinggungan dengannya.

Misal begini, 24 persen emisi gas rumah kaca bersumber dari sektor transportasi. Ada banyak cara kan, untuk menekan emisi dari sektor ini. Misalnya, menggunakan kendaraan umum, merawat kendaraan sehingga pembakarannya efisisien, kalau perginya dekat mungkin naik sepeda atau berjalan kaki. Dan masih banyak lagi.
Nah, mungkin lebih enak kita melihat himbauan dari Mas Ian Somerhalder, Sang UNEP Goodwill Ambassador. Ini dia ….

14 respons untuk ‘World Environment Day 2014; Sekali Lagi Tentang Perubahan Iklim

  1. wyuliandari berkata:

    Ha…ha….openingnya doang yg sbelum apel maak? Isinya mah, sore2an.wkwkwk. Jangan overestimate doong…. pan sayah nunggu apel mbari maem pisang. wkwkwk.

    Suka

  2. wyuliandari berkata:

    Ha..ha…iya dong, kan ambassador geeto, sengaja pasti dipilih yang bikin hati terkiwir-kiwir. ha..ha..apasih?

    Suka

  3. wyuliandari berkata:

    ha..ha..penampakan si ganteng itu mmg disengaja Mbak. Salam kenal kembali 🙂 iya saya dan dina satu SMP dan SMA, waktu SMP pernah sekelas. Sedih kehilangan dia 😦

    Suka

Tinggalkan komentar