Suatu Pagi di Bromo

Kelud erupsi!

Indonesia prihatin.

Media sosial hari ini isinya didominasi berita tentang erupsi Kelud. Laporan pandangan mata orang-orang yang tinggal di sekitar Kelud atau di tempat yang jauh namun masih terdampak.Tulisan ini bukan tentang kelud, tetapi sepotong kenangan saya di sebuah gunung yang tak begitu jauh dari Kelud. Bromo, yang hari ini, kalau saya tak salah dengan statusnya juga sudah siaga 1.

Saat itu, sekitar sepuluh tahun lalu.
Saya ditugaskan mengikuti Raker Nasional Komisi AMDAL yang saat itu ditempatkan di sebuah hotel berbintang tiga di kawasan Bromo. Ngobrol…ngobrol..dan ngobrol saat break dengan beberapa peserta lainnya, disepakatilah bahwa kami akan “naik”, maksudnya menyambangi kawah Bromo esok dini hari. Karena pertimbangan bahwa waktu yang dibutuhkan ke lokasi pulang-pergi paling hanya 2-3 jam, kami akan kembali ke ruang rapat masih pukul delapan pagi. “Yo, wis. Munggah yo. Sesuk ta’ dhodok kamarmu jam papat”, kata seorang senior, bos saya sendiri.

Esoknya bakda subuh, benar, pintu kamar saya diketuk. Saya dan teman sekamar bergegas ke luar. Kami bergabung dengan sekelompok bapak-bapak, menuju kawah Bromo.

“Gusti Allah Maha adil”
Demikianlah, tiba-tiba bos yang saat ini sudah almarhum, berkata. Saya belum terlalu mengerti ke arah mana pembicaraannya. Lalu beliau menunjuk pada segerombol semak dengan bunga-bunga gunung yang indah.

“Ndi ono neng kutho?”
Maksudnya adakah di kota bunga seperti itu?
“Allah Moho Adil, dicipta’no kembang kuwi gae hiburane wong gunung”
Begitu kata beliau lagi.
Saya hanya bisa manggut-manggut, dan belau melanjutkan petuahnya.

Gambar

Dan pagi ini saat se-Indonesia gempar akibat erupsi Kelud, kenapa saya tiba-tiba teringat kata-kata bijak sepuluh tahun lampau itu? Beruntung saya bisa mendengarnya. Bawa Tuhan Maha Adil. Bahwa diberikannya keindahan gunung sebagai “reward” bagi orang gunung, yang jauh dari kota dan berisiko pula jika sewantu-waktu ada erupsi macam sekarang ini. Ah… nikmat itu terkadang sederhana. Nikmat terserak dimana-mana, di seluruh ruang milik-Nya ini. Nikmat begitu dekat dengan kita. Hanya kita yang kadang tak dapat melihatnya. Fabiayyiala..irobbikuma tukaddziban..

Catatan: foto boleh nyomot di wikipedia, dokumentasi jaman itu sudah pada kemana? he..he….

4 respons untuk β€˜Suatu Pagi di Bromo’

  1. misbachudin berkata:

    Skenario Allah selalu indah ..
    Kebetulan saya di Malang mbak, rumah saya jg dekat dengan posko para pendaki arah ke semeru.
    kemarin sempat mendengar berita tentang bromo status siaga 1, biasanya kalo seperti ini banyak yg memanfaatkan situasi untuk hal2 yang macam2/ kurang baik dan yg penting kami kudu tetap waspada.

    Suka

Tinggalkan komentar