Sarapan? Harus! Ribet? No Way!

Sejak kecil, orang tua membiasakan kami untuk sarapan. Selalu ada menu sederhana tersaji dimeja makan sebagai sarapan kami. Biasanya sih, nasi goreng-telur ceplok. Terkadang hanya nasi hangat dan tempe tahu goreng.

Saat ibu belum sempat untuk memasak, biasanya kami sarapan nasi pecel yang dibeli dari bakul pecel dekat rumah. Kebetulan kami punya seorang tetangga yang berjualan pecel di pasar, tak jauh dari rumah.

Kebiasaan sarapan membuat saya selalu “on” saat pelajaran di sekolah. Tidak pernah merasa lemas atau kurang konsentrasi. Terkadang saya heran, terhadap teman yang sering pingsan saat upacara gegara belum sarapan di rumah.

Kebiasaan baik ini saya pelihara hingga kuliah dan tinggal jauh dari orang tua. Meski menyandang predikat anak kos, dan hidup dengan uang bulanan pas-pasan saya jarang sekali sampai melewatkan sarapan. Ada saja akal untuk tetap bisa sarapan.

Saat sedang kantong sedang mengalami krisis, biasanya saya hanya sarapan dengan minuman yang mengandung susu dan sereal. Beruntung bila sedang ada buah pisang, keduanya cukup mengganjal perut dan menyuplai energi hingga saat makan siang tiba.

Setelah menikah, sebagai ibu bekerja, saya harus putar otak agar tetap bisa menyediakan sarapan buat sekeluarga. Biasanya, saya mengakali dengan mempersiapkan pada malam harinya. Jadi sebelum tidur biasanya saya kupas-kupas bawang dan bumbu-bumbu, juga menyiangi sayuran.semua bahan yang sudah siap masak tersebut saya simpan di lemari es. Nah, esoknya tinggal sreng…sreng deh.

Mungkin, dengan cara tersebut, sebagian gizi sayuran telah rusak. Karena telah dipersiapkan semalaman. Namun, apadaya, daripada tidak sarapan? Atau daripada tidak makan sayur?

Nah, dua tahun terakhir, setelah saya mengenal pola makan food combining, urusan persiapan sarapan menjadi jauh lebih simpel. Pola makan food combining adalah suatu cara makan yang bertujuan mencapai keselarasan di dalam tubuh.

Kaum food combining biasa memulai hari mereka dengan segelas ”jeniper”. Udah kenal jeng jeniper? Ini adalah singkatan dari jeruk nipis peras. Tujuannya adalah sebagai tonik bagi liver yang berjibaku mendetok tubuh semalaman.

Pasca segelas jeniper, food combiner, sebutan bagi pelaku food combining, mengkonsumsi buah-buahan. Hanya buah-buahan, dan minum air saja. Buahnya yang manis, berair berserat dan matang sempurna.

Hah? Jadi hanya sarapan buah? Iya benar. Namun bukan sekali makan lho ya! Buah dimakan secara repetitif hingga setengah atau satu jam sebelum waktu makan siang. Jadi, tidak ada cerita kelaparan karena “hanya” makan buah.

Mengapa buah? Food combining memperhatikan irama sirkadian tubuh, atau siklus biologis tubuh. Nah, pagi hari hingga sesaat sebelummakan siang adalah waktu buang. Jadi energi tubuh sebagian besar dikonsentrasikan untuk membuang aneka sisa metabolisme.

Bukan berarti dalam rentang ini tidak ada aktifitas cerna,lho. Ada, hanya yang dominan adalah proses buang. Nah, saat ini seyogianya tubuh tidak kita beratkan dengan makanan yang berat di cerna. Buah dipandang paling ideal dikonsumsi dalam rentang waktu ini. Gula dalam buah atau fruktosa dipandang mampu menyediakan energi secara cepat bagi tubuh, tanpa memberatkan tubuh untuk mencerna.

Anak-anak juga mau lho, sarapan buah

Anak-anak juga mau lho, sarapan buah

Pisang Kesukaan Anak-Anak

Pisang Kesukaan Anak-Anak

Apa nggak lapar hanya sarapan buah? Apa nggak sakit perut tuh makan buah pagi-pagi? Pertanyaan-pertanyyan senada saya jawab dalam posting saya yang lalu sarapan-praktis-dan-sehat-ala-food-combining dan Catatan Tentang Food Combining.

Sarapan ala food combining ini sangat membantu saya. Karena pukul tujuh tepat saya harus sudah siap di halaman kantor untuk mengikuti apel pagi. Sarapan buah sangat praktis, hanya tinggal cuci kupas potong.

Kepada anak-anak dan suami saya juga menerapkan pola makan ini. Meski anak-anak masih belum bisa full hanya dengan sarapan buah. Biasanya mereka masih minta sarapan nasi atau roti. Tapi minimal, buah sudah menjadi sarapan pertama mereka.

Bagi saya,meski sesibuk dan sepadat apapun jadwal sebagai ibu bekerja, sarapan tetap harus. Namun, soal kepraktisan tetap menjadi tuntutan utama. Sarapan? Yes! Ribet? No way!

 

7 respons untuk ‘Sarapan? Harus! Ribet? No Way!

  1. wyuliandari berkata:

    Monggo…monggo…biasanya enggan sarapan karena memang itu bukan waktunya tubuh diisi makanan berat Mak. Anakku yg pertama tadinya susah sarapan, setelah dibiasakan sarapan buah, malah suka dianya. Tips nya, kunyah perlahan dan sampai lembut.

    Suka

  2. wyuliandari berkata:

    Aaakk…mari-mari hidup sehat. Biar tekadnya makin kuat, sok gabung di FCI/ Food Combining Indonesia, ada di group FB Mak:)

    Suka

  3. rina rinz berkata:

    Hai, hai, wah artikel yang menarik.

    Sarapan sehat dengan buah, aku sukaaa, pisang dan pepaya yang paling oke buatku.

    Terima kasih sudah ikut berpartisipasi ya 🙂

    Suka

Tinggalkan komentar